REZIM WAKTU
Ketika sedang sendiri dan sedang tidak melakukan apa-apa, aku kadang mencoba melihat sang waktu yang sangat otoriter dengan melihatnya apa adanya, waktu berjalan terus tanpa bisa kita hadang. Tidak terasa tubuh kita sudah jauh berubah.Perut yang dulu rata, tau-tau sudah agak buncit, mata yang dulu setajam copet, tau-tau sudah harus dibantu kaca mata meskipun untuk melihat uang seratus ribu dan melihat Dian sastrowardoyo bintang film idolaku, mataku masih berfungsi sangat normal.. Aku masih ingat banyak hal ketika aku masih SD, tau tau sekarang aku sudah punya keluarga, punya istri dan punya 2 anak laki-laki meskipun belum berani punya simpanan he..he...( maksudnya uang ) Aku masih ingat bentuk rambutku seperti apa waktu aku lulus SD, SMP dan SMA, tau-tau sekarang rambut tersebut sudah ada beberapa helai yang putih. Aku masih ingat banyak hal saat aku masih usia belasan tahun saat aku getol-getolnya main sepak bola, tau-tau sekarang usiaku sudah kepala 3. ( Tua juga belum, muda juga nggak. Kalau buah mangga istilahnya kemampo ) untuk main bola lagi tentu sudah gampang ngos-ngosan ,sekarang mainnya bola yang lain he..he. Aku masih ingat banyak hal yang aku lakukan saat aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar Masehi II di kota Kudus,main gobag sodor bareng teman-teman kampung di rumah pak Mantri, nyolong tebu diatas truk, nyolong mangga dan jambu dirumah tetangga yang super kikir dan lain-lain , tau-tau sekarang aku sudah jadi dokter dan tau-tau sedang melanjutkan pendidikan dokter spesialis suatu hal yang sangat tidak pernah aku pikirkan sejak aku kecil.
Aku juga tidak pernah berpikir kalau aku bisa mengarang buku, tau-tau sekarang aku sudah punya 2 buku hasil karyaku yang diterbitkan oleh 2 penerbit yang berbeda dari Yogykarta. Bahkan saat ini aku juga sudah deal dengan penerbit lain untuk menerbitkan bukuku yang ke 3. kadang aku berpikir kenapa kok nggak dari dulu-dulu aku banyak mengarang saat aku masih punya banyak waktu.Sekarang ini, Saat aku pingin banget mengarang,waktuku banyak tersita di pendidikan sehingga jadinya ya begini ini...tapi meskipun demikian, aku bersyukur karena disela sela waktuku aku masih bisa menghasilkan sebuah buku lagi yang aku tulis dengan proses mencuri-curi waktu di pendidikan misalnya disaat sela nggak ada diskusi atau pembacaan jurnal atau tugas yang lain, aku masih bisa menulis naskah cerita yang menjadi bukuku yang ke 3.
Kadang aku ingat pada saat aku masih kuliah di S1, untuk mengetik naskah atau tugas saja aku kadang pinjam mesin ketik milik Senat...bahkan saat aku lapar karena nggak punya uang, aku pernah menggadaikan mesin ketik itu bareng kawan-kawanku... ha.ha.ha.....!..
Waktu memang kadang berjalan tanpa bisa kita kendalikan.karena waktu memang begitu itu....!! Dari dulu waktu itu ya cuma 24 jam. Ada yang merasa cukup dengan waktu yang segitu ada juga yang merasa nggak cukup. Masalahnya bukan pada jumlah jam yang 24 itu tapi pada diri kita dalam memanage waktu tersebut..
Hidup itu seperti tuts-tuts piano, kadang dituts yang hitam kadang di tuts yang putih. Serahkan semuanya pada Tuhan, biarkanlah Tuhan yang memainkan tuts-tuts piano itu sehingga menjadi sebuah harmoni nada yang indah
Kamis, 25 September 2008
Jumat, 19 September 2008
TIDAK ADA JUDUL

Pada suatu malam, aku tak bisa sedetikpun mampu memejamkan mataku. My Tien bojoku sudah terlelap, sementara Nalindra juga sudah pulas dan nampak nyaman di pelukan ibunya. Yudhistira anakku yang pertama juga sudah asyik dengan mimpinya sendiri. Acara TV tak satupun yang mampu menarik hatiku, akhirnya aku menyibukkan diri dengan membuka-buka kembali buku-buku di rak bukuku. Tiba-tiba secarik kertas jatuh dari sebuah map yang tak sengaja aku senggol. Aku baca isinya…ah ternyata sebuah puisi yang aku tulis dengan tanganku sendiri di atas kertas note almamaterku.disitu tertulis Semarang 1992. Sebuah puisi cinta yang aku tulis untuk seseorang. Aku mencoba mengingat-ingat puisi itu untuk siapa ya?..ternyata aku lupa. Aku coba mengingat-ingat tahun 1992 siapa yang dekat dengan aku? Ah ternyata aku tetap saja tidak mampu mengingatnya . Aku baca sekali lagi puisi itu, aku tersenyum sendiri setelah selesai membacanya. Ternyata aku dulu juga bisa bikin Puisi yang kayak begini.
Kamu adalah Rumah,
Tempat aku bernaung dari dari debu dan Matahari..
Kelopak matamu adalah jendela,
Yang memberi udara untuk hidupku..
Detak napasmu adalah sebuah Symponi
Mengalun lembut mendekap rasaku
Bagai dawai gitar mendenting getarkan jiwa..
Nyaring seperti air surgawi
Kamu adalah nirwana...
Indah dikenang seperti gerhana
Aku ingin malam ini kau hadir
Mengecat putih rindu yang tak bertepi
Aku ingin malam ini kau datang
Membawa sekeranjang indahmu
Biarkan cahaya angin menyinari wajahmu
Agar pagi tetap menjadi pagi...
Tetap sejuk dan tetap indah...
Seperti sepasang bola matamu !!
Semarang Maret 1992
Kamu adalah Rumah,
Tempat aku bernaung dari dari debu dan Matahari..
Kelopak matamu adalah jendela,
Yang memberi udara untuk hidupku..
Detak napasmu adalah sebuah Symponi
Mengalun lembut mendekap rasaku
Bagai dawai gitar mendenting getarkan jiwa..
Nyaring seperti air surgawi
Kamu adalah nirwana...
Indah dikenang seperti gerhana
Aku ingin malam ini kau hadir
Mengecat putih rindu yang tak bertepi
Aku ingin malam ini kau datang
Membawa sekeranjang indahmu
Biarkan cahaya angin menyinari wajahmu
Agar pagi tetap menjadi pagi...
Tetap sejuk dan tetap indah...
Seperti sepasang bola matamu !!
Semarang Maret 1992
Langganan:
Postingan (Atom)