
Pada suatu malam, aku tak bisa sedetikpun mampu memejamkan mataku. My Tien bojoku sudah terlelap, sementara Nalindra juga sudah pulas dan nampak nyaman di pelukan ibunya. Yudhistira anakku yang pertama juga sudah asyik dengan mimpinya sendiri. Acara TV tak satupun yang mampu menarik hatiku, akhirnya aku menyibukkan diri dengan membuka-buka kembali buku-buku di rak bukuku. Tiba-tiba secarik kertas jatuh dari sebuah map yang tak sengaja aku senggol. Aku baca isinya…ah ternyata sebuah puisi yang aku tulis dengan tanganku sendiri di atas kertas note almamaterku.disitu tertulis Semarang 1992. Sebuah puisi cinta yang aku tulis untuk seseorang. Aku mencoba mengingat-ingat puisi itu untuk siapa ya?..ternyata aku lupa. Aku coba mengingat-ingat tahun 1992 siapa yang dekat dengan aku? Ah ternyata aku tetap saja tidak mampu mengingatnya . Aku baca sekali lagi puisi itu, aku tersenyum sendiri setelah selesai membacanya. Ternyata aku dulu juga bisa bikin Puisi yang kayak begini.
Kamu adalah Rumah,
Tempat aku bernaung dari dari debu dan Matahari..
Kelopak matamu adalah jendela,
Yang memberi udara untuk hidupku..
Detak napasmu adalah sebuah Symponi
Mengalun lembut mendekap rasaku
Bagai dawai gitar mendenting getarkan jiwa..
Nyaring seperti air surgawi
Kamu adalah nirwana...
Indah dikenang seperti gerhana
Aku ingin malam ini kau hadir
Mengecat putih rindu yang tak bertepi
Aku ingin malam ini kau datang
Membawa sekeranjang indahmu
Biarkan cahaya angin menyinari wajahmu
Agar pagi tetap menjadi pagi...
Tetap sejuk dan tetap indah...
Seperti sepasang bola matamu !!
Semarang Maret 1992
Kamu adalah Rumah,
Tempat aku bernaung dari dari debu dan Matahari..
Kelopak matamu adalah jendela,
Yang memberi udara untuk hidupku..
Detak napasmu adalah sebuah Symponi
Mengalun lembut mendekap rasaku
Bagai dawai gitar mendenting getarkan jiwa..
Nyaring seperti air surgawi
Kamu adalah nirwana...
Indah dikenang seperti gerhana
Aku ingin malam ini kau hadir
Mengecat putih rindu yang tak bertepi
Aku ingin malam ini kau datang
Membawa sekeranjang indahmu
Biarkan cahaya angin menyinari wajahmu
Agar pagi tetap menjadi pagi...
Tetap sejuk dan tetap indah...
Seperti sepasang bola matamu !!
Semarang Maret 1992
Tidak ada komentar:
Posting Komentar