Selasa, 02 Desember 2008

Beatles asli made in Kaligawe

MENGENANG TRAGEDI KEMATIAN JOHN LENNON


Ketika aku masih duduk di bangku SMP, aku mulai banyak membaca majalah remaja. Waktu itu majalah yang Top adalah majalah HAI, dan aku termasuk anak yang beruntung bisa berlangganan majalah tersebut. Dari majalah tersebut aku mengenal sebuah grup musik yang disebut-sebut sebagai grup musik paling top dimuka bumi ini.Sebuah grup musik yang menjadi pioner revolusi musik pop dunia.Grup musik itu aalah The Beatles. Aku mulai tertarik dengan provokasi majalah tersebut. Maka ketika aku punya uang, aku membeli kaset-kaset The Beatles. Mendengarkan lagunya dan mulai memainkannya bersama teman-temanku.Bahkan ketika aku kuliah aku punya grup musik sendiri yang khusus memainkan lagu-lagu the Beatles.namanya the Betlemania.
Dikesempatan ini, tiba-tiba saja aku pingin nulis tentang John Lennon karena pada bulan Desember adalah bulan dimana John Lennon, dedengkot the Beatles tewas dibunuh pemuja fanatiknya.

TANGGAl 8 Desember oleh para pemuja The Beatles diperingati sebagai hari yang sangat bersejarah karena pada tanggal tersebut, salah seorang dedengkot The Beatles yaitu john Lennon ditembak mati oleh Mark David Chapman seorang psikopat yang notabene adalah pemuja setianya atau lebih tepat pemuja fanatiknya.Pupus sudah harapan para Beatlemania untuk dapat kembali menyaksikan ke 4 pemuda Liverpool bersatu dalam satu panggung meneriakkan Yeah,,yeah seperti dulu lagi.
Tanggal 8 Desember tahun ini (2008 ) adalah genap 28 tahun sang legenda itu pergi. Mungkin banyak yang belum tahu kejadian tragis tanggal 8 Desember 1980 yang menjadi hari terakhir John lennon.Tulisan ini sekedar menggambarkan detik detik tragedy itu berlangsung.

“ Mr. LENNON ? “ DORRR …DOOOR…..DOOORRR !!!Mark David Chapman (25 tahun) ; sang algojo yang diadili 6 Januari 1981 dengan tuduhan pembunuhan tingkat 2. Setelah menjalani pemeriksaan psikologi di rumah sakit Belleue, Chapman langsung diamankan dalam penjara di pulau Riker dengan penjagaan super ketat lantaran polisi kuatir bila terjadi pembalasan ala Jack Ruby (Ruby menembak mati Lee Harvey Oswald ; pembunuh John F. Kennedy ketika berada dalam kawalan polisi). Menurut sumber-sumber tepercaya. Chapman tiba di New York dari Hawaii 3 hari sebelum melakukan pembunuhan itu 6 Desember 1980 setibanya di New York. Chapman menginap di penginapan murah YMCA, 9 blok dari apartemen, “Dakota” dimana juga tinggal Lauren Bocall, Leonard Bernstein, dan Roberta Flack. Kemudian ia mulai mondar-mandir disana. Malamnya Chapman naik taksi ke Greenwich Village. Berdasarkan keterangan Mark Snyder ; sopir taksi itu, dalam perjalanan Chapman membual, bahwa ia baru saja menangani rekaman album terbaru Lennon & Mac Cartney yang derekam pada hari itu disamping memperkenalkan dirinya sebagai seorang teknisi suara. Keesokan harinya ; Minggu 7 Desember 1980 Chapman kambali mondar-mandir dimuka gedung apartemen itu, di hari sama pula ia pindah ke hotel “Sheraton Center”.Senin sore 8 Desember 1980 sekali lagi Chapman hilir mudik dimuka “Dahkota”, kali ini berbareng dengan Paul Goresh ; pemuja Lennon merangkap juru Photo amatir asal north Arlington, New Jersey. Dalam percakapannya dengan Goresh, Chapman mengatakan, bahwa sudah 3 hari ia keluyuran disini, ia berharap dapat menjumpai Lennon dan minta tanda tangannya. Goresh masih ingat, sekitar jam 17.00 Lennon bersama isterinya keluar dari gedung itu dalam memenuhi jadwal rekaman di studio Record Plant. Chapman lalu mendekati Lennon sambil menyorongkan album baru “Double Fantasy”. Lennon menerimanya dan mencoretkan tenda tengannya ‘John Lennon 1980’ diatas sampul album itu sementara Goresh menjepretkan kameranya. Chapman nampak berseri-seri. “John Lennon menandatangani album saya, “katanya kepada Geresh setelah Lennon pergi. “Tak seorangpun di Hawaii akan percaya pada saya.”Ke 2 pemuja Lennon tersebut masih berdiri dimuka “Dahkota” untuk 2 jam berikutnya. Ketika Goresh akhirnya memutuskan pulang. Chapman berusaha mengubah niatnya : “Lennon akan segera kembali, anda bisa minta tanda tangannya. Goresh menyawabnya, bahwa ia akan minta tanda tangan Lennon dilain hari. “Akan saya tunggu,” kata Chapman. “Anda tak kan tahu, bila anda akan menjumpainya lagi.”
John Lennon bersama Yoko Ono merampungkan sebuah rekaman tunggal baru berjudul “Walkin’ On Thin Ice” di studio Record Plant dan sempat berwawancara dengan RKO Radio hingga jam 22.30. Menurut rencana rekaman tunggal baru ini akan direlease akhir tahun baru, lagu tersebut akan dinyanyikan oleh Yoko Ono dan Lonnon mengiringinya dengan gitar,
“Kami mempunyai rencana makan malam sepulangnya dari studio, “kata Yoko dikemudian hari. “Tapi sebagai gantinya kami memutuskan pulang,”Mobil limousine sewaan membawa mereka kembali ke “Dahkota” sekitar jam 22.50. Limousine itu mestinya berhenti digerbang musuk, namun ternyata berhenti dipinggir jalan. Yoko keluar lebih dulu, diiringi John beberapa langkah dari belakang Tatkala John, melewati bawah lengkungan gerbang masuk yang menghubungkan halaman dalam digedung “Dakota,” sebuah suara terdengar sopan memanggilnya dari belakang : “Mister Lennon,” John membalikkan badannya, nampak Chapman berdiri 5 kaki jauhnya seraya membidikkan pistol dengan ke 2 tangannya. Sebelum Lennon cepat bereaksi, pistol Chapman sudah menyalak beberapa kali,
“Saya ditembak” rintih Lennon, terhuyung-huyung meninggalkan bercak-bercak darah sepanjang 6 kaki sebelum roboh didepan kantor penjaga pintu. Chapman kemudian membuang pistolnya dan penjaga pintu menyepak benda itu sejauh mungkin disaat Yoko menopangkan kepala suaminya dalam tangannya. “Apakah kau menyadari yang baru saya kaulakukan ? “tanya penjaga pintu kepada Chapman. “Saya baru saja menembak John Lennon ,” jawab Chapman tenang tapi linglung.
Dalam beberapa menit polisi berdatangan atas laporan penjaga pintu lewat teleponnya. Chapman menunggu mereka, sambil membaca sepintas lalu novel klasik karangan J.D Silinger : “The Catcther In The Rye.” Pada waktu 2 orang polisi menggeledah dan memborgol Chapman, 2 orang polisi lainnya memeriksa tubuh Lennon. “Tubuhnya bermandikan darah, semuanya merah, “seru polisi Anthony Palma.
“Orang ini sedang sekarat,lekas angkat !” Lennon setengah sadar dan bemandikan darah diangkat ke jok belakang mobil patroli James Moran. “Tahukah siapa anda ?” tanya Moran. Lennon mengerang lalu menganggukkan kepalanya. Ketika Moran melarikan Linnon ke rumah sakit Rooselvelt 15 blok jauhnya, Palma membututi mobilnya bersama Yoko. “Katakan pada saya, itu tak benar, katakan pada saya ia baik-baik saja,”katanya memohon pada Palma berulang kali.
Kemudian para dokter mengumumkan kematian Lennon setibanya di rumah sakit, suatu team terdiri 7 orang dokter bedah tetap berusaha keras untuk menyelamatkan sang legenda, tapi luka-lukanya sangat parah 3 lubang peluru didadanya, 2 diantaranya menembus punggung dan 2 lubang lagi terdapat ditangan kirinya. “Mustahil untuk besa menyelamatkan dia,” kata dokter Stephen Lynn. “Ia sudah kehilangan darah sekitar 80%. “Saudah berusaha keras tanpa hasil, salama20 menit dalam menyelamatkan Lennon para dokter bedah itu menyerah, kemudian Lynn-pun memberitahukan Yoko. “Dimana suami saya ?” Tanya Yoko kepada Lynn. “Saya ingin mendampingi suami saya. Ia menginginkan saya mendampnginya, dimanakah dia ?”“Kami membawa kabar buruk,” jawab Lynn. “Saya ingin menarik napas dalam-dalam. “Suami anda telah meninggal dunia. Tanpa penderitaan.”“Anda mengatakan ia sedang tidur ?” Ucap Yoko terisak-isak menolak kabar itu.
Diantar oleh David Geffen (produser rekaman “The Wonderer” nya Donna Summer) yang mencukongi album baru Lennon, Yoko Ono pulang ke apartemennya sekitar tengah malam. Yoko menelepon 3 kali, mengabarkan kematian Lennon pada 3 orang : Julian Lennon, anak John, Mimi Smith, bibi John, dan Paul Mac Cartney. “Ia nampak berbahagia pada hari terakhir hidupnya,” gumam Gefen.
“Sebenarnya Januri 1981 John dan Yoko akan merampungkan album barunya berjudul “Milk & Honney.”SANG MAHA IDENTITAS :
Hingga saat ini polisi dan psikiater masih pusing mencari motif sebenarnya pembunuhan kejam itu karena sang algojo ternyata pemuda fanatik tokoh musik yang dibunuhnya. Berbagai pendapat tentang diri tokoh pembunuh itu sifatnya masih spekulatif bermunculan, seorang pejabat kepolisian New York, mengatakan bahwa Chapman kurang waras pikirannya sedangkan seorang perwira senior polisi berpendapat, mungkin sekali Chepman menderita gangguan mental. Lainnya berkesimpulan pembunuh ini kesal terhadap Lennon. Namun secara terpisah beberapa psikiater hanpir sama menyatakan pendapatnya, bahwa dengan melihat latar belakang masa kanak - kanaknya, maka boleh jadi Chapman mengalami apa yang disebut ‘Cermin Dostoyevkian’ dimana ia menampak dirinya sendiri sebagai John Lennon, dan John Lennon tulen merupakan suatu ancaman penipuan dirinya. “Ia mempunyai maha identitas dengan Lennon, tapi ia juga bersaing dengannya, “ucap psikiater David Abrahamsen, yang memeriksa pembunuh “Son Of Sam” : David Berkowita “Pembunuhan terhadap Lennon merupakan alat pengganti dari bunuh dirinya sendiri.”Guna menunjang teorinya psikiater itu menuding beberapa persamaan hidup antara Chpman dan Lennon yang memang sangat mengejutkan : semasa remaja ke 2 nya menyukai musik, keduanya bermain dalm band rock, keduanya mencintai anak-anak, keduanya berjiwa sosial, keduanya suka benda-benda seni, dan keduanya beristerikan wanita Jepang berusia lebih tua daripada mereka (isteri Lennon 7 tahun lebih tua, esteri Chapman 4 tahun berusia lebih tua).Robert Marvit, psikiater dari Hawaii berspekulasi : “Barangkali Capman mengatakan : “Astaga, Lennon tahu ada 2 diantara kita. Aku harus melenyapkan 1 sehingga 1 Lennon saja.”Chapman ingin sekali menjadi Lennon,” ujar psikiater Stuart Barger. New York. “Seorang lambat laun ia menjadi pengkhayal, bahwa ia adalah John Lennon dan perasaan pribadinya kemudian memusuhi John Lennon tulen.”Sejak kecil MARK DAVID CHPMAN selalu menyamakan dirinya dengan bintang pujaannya. Pertama sebagai pemuja lalu sebagai peniru, akhirnya sebagai pembunuh.Chapman dilahirkan di Fort Worth, Texas tahun 1995, jamannya Elvis Presley dan rock’n rool. Ayahnya, bekas sersan angkatan udara yang terjun dalam bisnis sebagai manajer perkreditan. Di kota Atlanta, Georgia, disana Chapman menghabiskan sebagian besar masa kanak-kanaknya, ia sudah memuja John Lennon. Kamar tidurnya dipenuhi poster-poster maupun photo-photo The Beatles. Pada puncak ketenaran The Beatles,Chapman sudah punya band rock di sekolahnya. Gara-gara jengkel pada anaknya begitu fanatik terhadap The Beatles, maka suatu kali ayah Chapman sudah menjual seluruh koleksi ph nya. Beberapa teman sekolahnya mengatakan, selain gila The Beatles dan mengidentifisir dirinya sebagai Lennon, Chpman mulai melibatkan dirinya sebagai Lennon, Chapman mulai melibatkan dirinya bermain-main obat bius. Pada usia 15 tahun Chapman mulai berubah, dari fanatikThe Beatles menjadi fanatik agama, Ia mengenakan kemeja putih, salib kecil melingkar dilehernya, dasi hitam, dan dimana-mana selalu terlihat membawa Kitab suci. Waktu luangnya digunakan untuk mempelajari Injil, saat itulah ia bingung serta gusar atas pernyataan Lennon beberapa tahun silam, bahwa The Beatles lebih tenar daripada Yesus Kristus. Selesai menamatkan SMAnya ditahun 1973, Chapman mengabdikan dirinya pada YMCA Atlanta sebagai penasehat. Tahun 1975 ia terbang ke Libanon, membantu YMCA cabang Beirut tapi cuma sebentar akibat pecahnya perang saudara. Oleh organisasinya Chapman lalu diperbantukan pada kamp. pengungsi Vietnam di Fort Chaffe, Arkansas, ia bekerja 7 hari dalam seminggu. “Chapman berbudi halus lagi pula sangat menyukai anak - anak”, kata Greg Lyman, bekas teman sejawatnya begitu mendengar pembunuhan terhadap Lennon. Setahun kemudian Chapman menuntut ilmu di Covenant College, Tennessee dan jatuh cinta pada Jessica. Cuma satu semester ia dro out, Jessicapun meningggalkannya.Dengan perasaan kecewa Chapman pulang Ke Atlanta. Belum lama di sana perhatian Chapman terpusat mengenai seluk - beluk senjata api. Ia berlatih menembak di Atlanta Arena Technical School sampai mahir, kemudian bekerja sebagai penjaga keamanan. Akhir 1977 ia berhenti bekerja, terus hijrah ke Hawaii. Tertekan akibat perceraian orang tuanya ditambah kenangan buruk asmaranya. Chapman sampai 2 kali mencoba bunuh diri. Terakhir kali ia mencoba bunuh diri dengan menghirup asap knalpot mobil. Jiwanya tertolong dan dirawat di rumah sakit Castle Memorial, Honolulu, disana akhirnya merupakan tempat kerja barunya sebagai tukang sapu, kemudian naik pangkat sebagai ahli cetak. Bulan Juni 1979 Chapman menikah Gloria Abe, putri seorang kaya pemilik bakeri keturunan Jepang.Sama seperti kegilaannya pada musik, maka Chapman kini tergila - gila lukisan seni, berjam - jam waktunya dibuang mengunjungi galleri - galleri. Ia menaruh minat pada lukisan surrealisme Salvador Dali. Mendapat pinjaman uang dari ibunya serta keluarga isterinya Chapman membeli lukisan seharga $ 5,000.-. Tidak lama lukisan tadi dijual kembali untuk dibelikan lithographnya Norman Rockwell: “Triple Self Portrait” yang senilai $ 7,500.- tanggal 23 Oktober 1980 Chapman keluar dari kerjanya dengan menandatangani presensi kantornya memakai nama ‘John Lennon’. Keluar dari situ Chapman nampak sedang memilih senjata api di toko senjata J & S Sales, 1 blok dari kantor polisi Honolulu. Sehubungan catatan dirinya bersih, Steve Grahovac ; si pemilik toko tanpa regu - ragu menyodorkan kepaadanya sepucuk pistol Charter Arms Special kaliber 38 dengan 5 tembakan sembari mengucapkan barang dagangannya : “jenis yang selalu digunakan oleh detektif dan polisi preman karena gampang disembunyikan”.
Dengan uang pinjaman $ 2.000, dari Credit Union rumah sakit Cectle Union disana Gloria Abo juga bekerja disitu sampai sekarang. Chapman membiayai perjalanannya ke New York untuk membunuh Lennon saingannya. Beberapa saat setelah polisi meringkusnya sehabis menembak Lennon. Chapman berkata : “Saya berada dalam 2 sisi berlainan, yang baik dan yang buruk.pada hal saya tidak mendendam apa-apa terhadap dia.” Gloria Abo maupun Diana Elilzabeth Pease, ibu Chpman, sangat terpukul mendengar Chapman, membunuh Lennon. “Saya sangat menyesal, bahwa segalanya telah terjadi,” kata Gloria dalam pernyataan singkatnya. “Saya tetap cinta kepadanya dan prihatin akan kesehatannya.”




Kamis, 20 November 2008

DEHUMANISASI


Banyak yang mengatakan pada saya bahwa salah satu kelemahan orang indonesia ialah cengeng, tidak mandiri, sedikit sedikit mengeluh pada Tuhan, sebentar-sebentar minta tolong pada Tuhan,Mau naik pangkat minta pada Tuhan ( memangnya Tuhan petugas yang ngurusi kenaikan pangkat apa?) mau lulus minta pada Tuhan….( kalau mau lulus ya belajar ) lalu dimana eksistensi diriya sebagai manusia?
Ibarat sikap orang tua pada anak-anaknya, Tuhan pasti tidak suka kalau manusia-manusia di bumi ini cengeng dan selalu menyerakahkan semua masalah pada Tuhan. Apa tidak kasihan padaTuhan karena harus menanggung banyak sekali keluhan dan permintaan dari jutaan manusia. Sikap cengeng dan merasa tidak berdaya seperti itu justru tidak bermoral, tidak bertanggung jawab dan lari dari kenyataan. manusia memiliki otoritas untuk mandiri menghadap semua masalah dan menentukan nasibnya sendiri. Tidak bergantung dengan orang lain. Dalam konteks itulah, eksistensi dan matabat manusia akan ditentukan di muka bumi ini. Manusia harus mempunyai etos yang tinggi untuk mengatasi berbagai persoalan dunia.
Mirip dengan ungkapan tersebut, Kenneth Phifer ( dalam esai The Faith of humanist ) menyatakan Tidaklah bermoral mengharapkan Tuhan untuk berkarya atas diri kita. Kita harus bertindak untuk menghentikan peperangan dan kejahatan serta brutalitas di abad ini dan abad yang akan datang. Kita memiliki kekuatan untuk melakukan sesuatu, kita memiliki kebebasan untuk menentukan tindakan kita sendiri.

Ungkapan itu mengingatkan saya kepada kondisi masyarakat indonesia akhir-akhir ini yang mirip dengan situasi abad pertengahan. Ketika itu Eropa diwarnai dengan wacana keagamaan yang sangat doktriner.penuh nuansa ketakutan akan dosa, bencana dan siksa Tuhan. Tokoh-tokoh agama dengan penuh semangat membersihkan ajaran dari penyimpangan, sampai-sampai perlakuan tehadap pembangkang justru dihayati sebagai perjuangan akhlak dan kesalehan.
Pada abad pertengahan, semangat ke agamaan sangat menggebu-gebu bahkan kelewat menggebu sehingga tidak jarang justru melupakan nilai-nilai kehidupan dan kemanusiaan. Orang bicara tentang Agama, tentang dogma-dogma tapi lupa pada salah satu hakikat Agama yaitu meningkatkan harkat dan martabat manusia. Munculah kemudia gerakan awam yang ingin mengembalikan kehidpan kepada kebebasan pribadi yang kritis dan mandiri. Acuannya adalah situasi era Yunani kuno ketika rasionalitas dan kebebasan manusia dijunjung tinggi. Terjadilah pergeseran cara berpikir dari teologis-dogmatis ke antroposentris dan kritis.

Indonesia belakangan ini, tidak jauh berbeda dari situasi itu. Wacana keagamaan juga menggebu-gebu, orang sering mengatas namakan agama untuk melakukan suatu tindakan. Ayat-ayat suci ( dari berbagai agama ) bertebaran dimana-mana. Klaim-klaim yang paling benar dan yang paling bisa masuk surgapun menjadi jamak. Begitu majunya wacana keagamaan sampai-sampai seolah-olah manusia atau lembaga tertentu bisa menentukan seseorang bisa masuk surga atau neraka, martir, syuhada atau bukan.
Persis dengan situasi abad pertengahan, sekarang ini terjadi reduksi rasionalitas. Orang tidak rasional dan menyerahkan segalanya kepada kekuata supranatural, adikodrati. Wajar kalau tempat tempat keagamaan penuh umat, tapi dukun-dukun dan paranormal, ramalan lewat SMS pun tidak kalah laris.
Keadaa itulah yang disebut dehumanisasi. Ironisnya, kemerosotan nilai-nilai kemanusiaan itu justru terjadi ditengah-tengah maraknya wacana keagamaan. Lho apakah itu berarti bahwa meningkatnya kehidupan keagamaan mengakibatkan dehumanisasi? Bisa ya bisa tidak.
Ya..kalau agama dan Tuhan hanya dipandang sebagai pelarian dari ketidakberdayaan manusia menghadapi persoalan duniawi. Tidak kalau Agama dan tuhan justru disikapi sebagai ungkapan rasa syukur manusia atas kehidupan yang mereka peroleh di dunia.
Ya kalau Tuhan hanya dipandang sebagai tempat mengeluh dan meminta, sehingga manusia menghilangkan eksisitensinya sendiri sebagai mahluk paling mulia dimuka bumi ini.
Tidak kalau Tuhan disikapi sebagai yang Maha Kuasa yang menyanyagi dan mengasihi semua manusia tidak pandang bulu bagaimana, siapa manusia itu juga untuk berbuat yang terbaik bagi dirinya sendiri dan juga bagi sesamanya manusia dan bagi bumi ini.. Jangan-jangan banyak diantara kita memang cengeng dan tidak mandiri, hanya menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan dalam bingkai Agama.kita seperti anak-anak yang hanya mengeluh dan meminta kepada orang tuanya. Sayang kalau keyakinan Agama dan Tuhan justru mengurangi etos manusia sebagai mahlik paling mulai, yang punya akal pikiran dan kreatifitas untuk meningkatkan harkat dan martabatnya.
Mungkin ada baiknya kita merenungkan hal itu, siapa tahu bisa mendorong terwujudnya manusia-manusia unggul Indoneia. Tuhan tidak akan mengubah nasib sesorang, kecuali seseorang itu mau berusaha untuk merubah nasibnya sendiri.

Minggu, 16 November 2008



SPIRITUALISME

Seseorang yang menurut perhitungan langit dalam ilmu bazi ( baca: pakcek ) hanya akan berumur 50 tahun, ternyata bertahan hidup sampai 70 tahun. Ketika ditanya mengapa ia berhasil memperpanjang usia? Orang tersebut mengatakan bahwa dalam sisa-sisa kehidupannya, ia selalu berbuat baik kepada sesama. Ia membantu biaya penguburan orang mati, menolong orang yang kesulitan dan berusaha keras tidak menyakiti hati sesamanya.
Pengamat ilmu kuno dari China itu kemudian berkata bahwa perhitungan langit ternyata dapat terpatahkan oleh perbuatan perbuatan baik seseorang, meskipun seseorang itu sudah dinasibkan hanya berumur 50 tahun. Maka jangan menyerah pada ramalan atau prediksi masa depan. Semua itu bisa kita tangkal dengan perbuatan baik dan ikhlas, menembus batas-batas yang bersifat material dan fisik” katanya.
Cerita yang hampir sama sering kita dengar. Misalnya seorang yang sudah divonis tidak bisa bertahan hidup karena sakit, tapi justru sembuh total,Mahasiswa yang oleh rekan-rekannya dicap sebagai mahasiswa MDS alias masa depan suram malah sukses dikemudian hari.
Seorang Bapak yang terserang stroke berbulan-bulan hanya terbaring ditempat tidur, tiba-tiba sembuh total bahkan tidak ada lagi tanda-tanda sernagan penyakit itu. Kepada saya ia berkata” jangan menyerah, jangan mau dipermainkan oleh hidup.kita justru harus mampu mempermainkan hidup. Cerita-cerita itu mengajarkan bahwa nasib manusia ditangan manusia. Tuhan tidak akan mengubah nasib manusia kalau manusia tiak berusaha mengubahnya sendiri. Spirit inilah yang menjadi inti spiritualisme.

Spiritualisme sendiri merupakan bentuk karakteristik sistem pemikiran yang meyakini eksistensi realitas immaterial yang tidak dapat diserap oleh indera. Di Prancis gerakan ini dirintis oleh Victor Cousin bersama Royer Collard, reaksi melawan positivisme Auguste comte abad ke 19.
Di Amerika Serikat, spiritualisme bermula ditahun 1848, mengacu pada gerakan yang menaruh minat terhadap roh-roh orang mati. Di Italia, spiritualisme mengacu pada gerakan abad 20 yang dikenal sebagai spiritualisme Kristen. Yang berawal dari Gentile maupun eksistensialisme religius.
Pada dasarnya manusia adalah mahluk spiritual karena selalu terdorong oleh kebutuhan untuk mengajukan pertanyaan mendasar : mengapa saya dilahirkan? Apakah makna hidup saya? Buat apa saya melanjutkan hidup saat lelah, depresi, atau merasa terkalahkan? Orang jawa mengemasnya dalam konsep sangkan paraning dumadi dan cakra manggilingan. Asal muasal manusia dan bahwa manusia itu berada dalam roda kehidupan yang beputar kadang diatas, kadang disamping atau kadang dibawah.
Danah Zohar dan Ian Marshall ( dalam spiritual Quotient) menulis, kita merasakan suatu kerinduan untuk melihat hidup kita dalam konteks yang lebih lapang dan bermakna, baik dalam keluarga, masyarakat, karier, agama,maupun alam semesta.
Spiritualisme menguatkan manusia ketika mengalami bencana atau menghadapi masa depan yang tidak menentu. Dengan spiritualisme, manusia dapat menembus rasa sakit, sengsara, musibah dan ramalan-ramalan tentang masa depan tidak berpengharapan.
Spiritualisme melihat makna yang lebih berarti daripada sekedar yang material phisik. Maka ketika menerima musibah, orangpun dapat mengatakan pasti ada hikmah dibalik musibah ini. Bahkan orang jawapun selalu mengatakn untung dibalik musibah. Misalnya ada kecelakaan yang menyebabkan kakinya cedera, ia msih berkata untung Cuma luka, nggak patah. Kalaupun ada yang patah masih bisa berkata untung hanya satu yang patah dst.
Spiritualisme mampu menjaga ketabahan dan kekuatan banyak orang yang menjadi korban bencana alam. Mereka menenmbus bencana-bencana itu menuju sesuatu yang transenden.
Dalam khsasanh budaya jawa, spiritualisme mengacu pada pola pikir, sikap dan perilaku yang mengutamakan hal-hal dibalik realitas yang terlihat dengan mata ( ora kasat mata ) : realitas dibalik realitas. Ungkapan khas yang mencerminkan pandangan ini adalah : sejatine kuwi ora ono opo-opo, sing ono kuwi dudu. ( sejatinya tidak ada apa-apa. Yang ada itu bukan!)
Menghadpi masa depan yang penuh ketidak pastian ( yang tentunya membuat panik ) Spiritualime adalah jawabannya. Seperti tulisan diatas yang berkayta bhwa orang dapat mengubah nasibnya kalau mampu dan mau berusaha.
Spiritualisme lebih efektif menjawab tantangan-tantangan hidup yang makin berat!
Itulah sebabnya John Naisbitt dan Patricia Abundance pernah mengatakan : Spirituality yes, formal religion no!

Sabtu, 15 November 2008

AKU DAN YUDHISTIRA


ini adalah foto aku dan yudhistira anakku yang pertama.Foto itu diambil di Pantai Kartini Rembang saat aku masih bertugas di Puskesmas Jaken Kabupaten pati.

Kamis, 25 September 2008

REZIM WAKTU

Ketika sedang sendiri dan sedang tidak melakukan apa-apa, aku kadang mencoba melihat sang waktu yang sangat otoriter dengan melihatnya apa adanya, waktu berjalan terus tanpa bisa kita hadang. Tidak terasa tubuh kita sudah jauh berubah.Perut yang dulu rata, tau-tau sudah agak buncit, mata yang dulu setajam copet, tau-tau sudah harus dibantu kaca mata meskipun untuk melihat uang seratus ribu dan melihat Dian sastrowardoyo bintang film idolaku, mataku masih berfungsi sangat normal.. Aku masih ingat banyak hal ketika aku masih SD, tau tau sekarang aku sudah punya keluarga, punya istri dan punya 2 anak laki-laki meskipun belum berani punya simpanan he..he...( maksudnya uang ) Aku masih ingat bentuk rambutku seperti apa waktu aku lulus SD, SMP dan SMA, tau-tau sekarang rambut tersebut sudah ada beberapa helai yang putih. Aku masih ingat banyak hal saat aku masih usia belasan tahun saat aku getol-getolnya main sepak bola, tau-tau sekarang usiaku sudah kepala 3. ( Tua juga belum, muda juga nggak. Kalau buah mangga istilahnya kemampo ) untuk main bola lagi tentu sudah gampang ngos-ngosan ,sekarang mainnya bola yang lain he..he. Aku masih ingat banyak hal yang aku lakukan saat aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar Masehi II di kota Kudus,main gobag sodor bareng teman-teman kampung di rumah pak Mantri, nyolong tebu diatas truk, nyolong mangga dan jambu dirumah tetangga yang super kikir dan lain-lain , tau-tau sekarang aku sudah jadi dokter dan tau-tau sedang melanjutkan pendidikan dokter spesialis suatu hal yang sangat tidak pernah aku pikirkan sejak aku kecil.
Aku juga tidak pernah berpikir kalau aku bisa mengarang buku, tau-tau sekarang aku sudah punya 2 buku hasil karyaku yang diterbitkan oleh 2 penerbit yang berbeda dari Yogykarta. Bahkan saat ini aku juga sudah deal dengan penerbit lain untuk menerbitkan bukuku yang ke 3. kadang aku berpikir kenapa kok nggak dari dulu-dulu aku banyak mengarang saat aku masih punya banyak waktu.Sekarang ini, Saat aku pingin banget mengarang,waktuku banyak tersita di pendidikan sehingga jadinya ya begini ini...tapi meskipun demikian, aku bersyukur karena disela sela waktuku aku masih bisa menghasilkan sebuah buku lagi yang aku tulis dengan proses mencuri-curi waktu di pendidikan misalnya disaat sela nggak ada diskusi atau pembacaan jurnal atau tugas yang lain, aku masih bisa menulis naskah cerita yang menjadi bukuku yang ke 3.
Kadang aku ingat pada saat aku masih kuliah di S1, untuk mengetik naskah atau tugas saja aku kadang pinjam mesin ketik milik Senat...bahkan saat aku lapar karena nggak punya uang, aku pernah menggadaikan mesin ketik itu bareng kawan-kawanku... ha.ha.ha.....!..
Waktu memang kadang berjalan tanpa bisa kita kendalikan.karena waktu memang begitu itu....!! Dari dulu waktu itu ya cuma 24 jam. Ada yang merasa cukup dengan waktu yang segitu ada juga yang merasa nggak cukup. Masalahnya bukan pada jumlah jam yang 24 itu tapi pada diri kita dalam memanage waktu tersebut..

Jumat, 19 September 2008

TIDAK ADA JUDUL


Pada suatu malam, aku tak bisa sedetikpun mampu memejamkan mataku. My Tien bojoku sudah terlelap, sementara Nalindra juga sudah pulas dan nampak nyaman di pelukan ibunya. Yudhistira anakku yang pertama juga sudah asyik dengan mimpinya sendiri. Acara TV tak satupun yang mampu menarik hatiku, akhirnya aku menyibukkan diri dengan membuka-buka kembali buku-buku di rak bukuku. Tiba-tiba secarik kertas jatuh dari sebuah map yang tak sengaja aku senggol. Aku baca isinya…ah ternyata sebuah puisi yang aku tulis dengan tanganku sendiri di atas kertas note almamaterku.disitu tertulis Semarang 1992. Sebuah puisi cinta yang aku tulis untuk seseorang. Aku mencoba mengingat-ingat puisi itu untuk siapa ya?..ternyata aku lupa. Aku coba mengingat-ingat tahun 1992 siapa yang dekat dengan aku? Ah ternyata aku tetap saja tidak mampu mengingatnya . Aku baca sekali lagi puisi itu, aku tersenyum sendiri setelah selesai membacanya. Ternyata aku dulu juga bisa bikin Puisi yang kayak begini.


Kamu adalah Rumah,
Tempat aku bernaung dari dari debu dan Matahari..
Kelopak matamu adalah jendela,
Yang memberi udara untuk hidupku..
Detak napasmu adalah sebuah Symponi
Mengalun lembut mendekap rasaku
Bagai dawai gitar mendenting getarkan jiwa..
Nyaring seperti air surgawi
Kamu adalah nirwana...
Indah dikenang seperti gerhana
Aku ingin malam ini kau hadir
Mengecat putih rindu yang tak bertepi
Aku ingin malam ini kau datang
Membawa sekeranjang indahmu
Biarkan cahaya angin menyinari wajahmu
Agar pagi tetap menjadi pagi...
Tetap sejuk dan tetap indah...
Seperti sepasang bola matamu !!

Semarang Maret 1992

Selasa, 26 Agustus 2008

OPERA KAMPUS KALIGAWE


Sibeng, bocah ndeso keso-keso, ..setelah lulus SMA, terdampar di rimba belantara Semarang. Tepatnya di sebuah padepokan di jalan Raya Kaligawe, sebuah jalan peninggalan Gubernur Jendral Deandles yang nggak pernah nggak macet.! Oleh karena bujuk raya ibunya, akhirnya Sibeng mau masuk ke Fakultas Kedokteran. Maka episode kehidupan masa perkuliahannya di mulai.
Kisah ini bermula ketika Sibeng harus menjalani ritual Fakultair…sebuah ritual yang wajib di jalani oleh semua calon Mahasiswa/mahasiswi kedokteran sebelum berhak menyandang gelar Mahasiswa/mahasiswi beneran. Kemudian kisah berangkai dengan kehidupan Sibeng sehari-hari baik di kampus, di rumah kost, di rumah tetangga juga kisah tentang teman Sibeng yang bernama Londo…manusia Milenium abad 20 yang super lugu dan super wagu, ada kisah cinta kawan Sibeng yang lain yaitu Pablo, lalu kegiatan-kegiatan Sibeng di kampus sepeti Dekan Cup, ujian semesteran, kisah tentang maling sepatu, banjir di tempat kost, kegiatan Sibeng mengadakan pentas seni yang di beri nama Pasca Diagnosa ke II dan lain lainnya. Ikuti terus kisah Sibeng…..di jamin puas, karena kalau anda puas, kami lemas.
Satu hal lagi, kisah ini sudah mendapat cap halal dari MUI karena terbukti tidak menggunakan minyak babu..eh babi ding. MUI yang saya maksud di sini bukan Majelis Ulama Indonesia tapi Mbah Mui rah…dukun bayi tetangga saya.

Kamis, 20 Maret 2008

INILAH NOVEL PLESETAN PERTAMA DI INDONESIA


INILAH NOVEL PLESETAN PERTAMA DI INDONESIA


Di tengah lautan buku yang terhampar di rak sebuah toko buku ternama, saya tertarik dengan sebuah buku yang terpampang dengan anggunnya di tempat kumpulan buku-buku fiksi. Sebuah buku berukuran tanggung dengan cover menyolok bergambar seorang gadis manis dengan rambut diikat menjadi 2 bagian. Jari tangan kanannya membentuk lingkaran yang melingkar dimata kanannya. Sementara di bagian belakang, nampak seorang cowok dengan balutan seragam SMA duduk di rerumputan sambil memandang sang gadis, wajah cowok itu nampak malu-malu Buku itu berjudul KACA MATA BERLENSA CINTA sebuah novel PLESETAN pertama di Indonesia yang ditulis oleh Dr BEN. Novel plesetan pertama di Indonesia? Apanya yang plesetan? Apakah ceritanya yang plesetan atau kalimatnya yang plesetan ataukah pengarangnya yang plesetan atau malah yang lainnya?
Saya tertarik untuk membacanya, apalagi dihalaman muka ada komentar dari Kelik Pelipur Lara alias Bapak Wapres Ucup Kelik yang terkenal sebagai the king of plesetan sehingga menambah kesan plesetannya.
Setelah membaca, ternyata lumayan juga. Novel ini tidak seperti novel-novel lainnya karena ketika membacanya, serasa ngemot permen Nano-nano atau makan oseng-oseng mercon yang super pedas itu.Saat membaca lembar demi lembar seperti Nano-nano dan oseng-oseng mercon tadi, setiap kunyahan selalu ada rasa dan sensasi pedas yang dimunculkan. Rasa dan sensasi itu berupa kejutan-kejutan berupa celotehan tokoh dalam cerita yang dikemas dengan gaya humor dan plesatan sehingga cerita yang sebenarnya hanya sebuah cerita sederhana tentang persahabatan dan cinta menjadi sebuah cerita yang tidak membosankan dan menghibur.
Tokoh utama dalam cerita ini bernama Yonas, seorang remaja tanggung yang digambarkan sebagai seorang remaja yang ramah, kocak, agak usil tapi sopan. Cerita bergulir dari satu kisah ke kisah yang lain secara runut Bagaimana perjalanan cintanya dengan Lisa dan persahabatannya dengan Dito semuanya bejalan dengan runut mirip melihat sebuah album foto,cuma dalam keseluruhan cerita, kesan jawanya terlalu dominan. Banyak kalimat, idiom atau kata-kata yang sangat jawa Sehingga kalau dibaca oleh orang yang bukan jawa akan sedikit terganggu. Barangkali saja karena penulisnya memang orang jawa. Penulis novel ini yaitu Dr BEN ( lengkapnya Benny Indratno ) ternyata adalah seorang dokter yang saat ini sedang menempuh pendidikan spesialisasi di bagian Patologi Klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro / RS Dr Kariadi Semarang.
Memang jarang ada seorang dokter yang mampu bertutur dan bercerita dengan penuh humor dan plesetan seperti dalam cerita ini. Barangkali itu juga merupakan nilai “lain” dari novel Kaca mata berlensa Cinta ( KBC ) ini.
Memang ceritanya sedehana malah menurut saya sangat sederhana , namun dalam kesederhanaanya itu, kita jadi diingatkan pada realita kehidupan di sekitar kita yang sebenarnya juga sederhana, karena semua akan berjalan alami. Untuk itu, ditengah hingar bingarnya etalase kehidupan yang ditawarkan disekitar kita, yang semakin hedonis dan cenderung tidak realistis tersebut, novel ringan tentang persahabatan dan cinta yang dikemas dengan gaya humor dan plesetan ini bisa menjadi alternatif hiburan yang dapat merefleksikan kembali akan nilai-nilai kehidupan yang sedang dan akan terus kita jalani dan yakini ini.! ( SIBENG )